Hallo, bertemu kembali, sesi kali ini akan dibahas tentang makalah mahasiswa hukum KEPEMIMPINAN DI LEMBAGA PENDIDIKAN ISLAM simak selengkapnya.
KEPEMIMPINAN DI LEMBAGA PENDIDIKAN ISLAM
A. PENDAHULUAN
Sudah sejak lama lembaga bimbingan Islam selalu dihadapkan berbagai masalah kompleks yang membelit percepatan perkembangan dengan kemajuannya. Masalah tersebut melingkungi kelembagaan, kepemimpinan, keuangan, kepegawaian, kurikulum, kesiswaan, gendongan masyarakat, ambang kepercayaan, konflik, feodalisme dengan sebagainya. Masing-masing anasir ini menyimpan potensi yang menghambat dengan pada batas-batas definit bisa mengancam eksistensi, keberlangsungan, daya bersaing dengan kemajuan lembaga bimbingan Islam itu sendiri.
Peran seorang atasan pada mengadakan iklim yang kondusif pada menjalankan dengan menuntut (ganti rugi) berbagai strategi demi meluaskan lembaga bimbingan Islam sangatlah urgen. Karena keberadaan seorang administrator ialah buat mengatasi berbagai problem kompleks yang dihadapi lembaga bimbingan Islam.
KEPEMIMPINAN DI LEMBAGA PENDIDIKAN ISLAM
B. PEMBAHASAN
1. Pengertian Pemimpin
Pemimpin ialah anak Adam yang bisa merajai anak Adam asing agar bisa berbuat sesuai dengan kemauan yang dikehendakinya. Dengan bicara asing atasan ialah anak Adam yang sanggup melanting anak Adam asing menuju kepada alamat yang dikehendakinya. Banyak teori tentang atasan dengan kepemimpinan (leadership), namun teori tersebut ala intinya ialah sebagai seni merajai anak Adam lain.
Wahab Abdul Kadir mendefinisikan atasan ialah anak Adam yang memiliki kesanggupan mempengaruhi, memberi contoh, mengarahkan anak Adam asing alias suatu blok buat mengaras alamat baik absah maupun jangan formal.[1]
Pemimpin jua diartikan sebagai seseorang yang berkemapuan mengarahkan pengikut-pengikutnya buat bekerja bersama dengan kepercayaan serta tekun mengerjakan tugas-tugas yang diberikannya.[2] Memimpin ialah sebentuk aktivitas menganjur sehingga melahirkan interaksi pada bangun sebagai belahan dari proses pemecahan masalah bersama. Pada hakekatnya saban anak Adam ala hakekatnya ialah pemimpin, paling tak ia sebagai atasan dirinya sendiri. Hati ialah atasan di pada tubuh manusia, sebab segala sesuatu yang yang anak Adam perbuat ialah beralasan petunjuk dengan kemauan lever nurani.
Sebagaimana hadits Rasulullah SAW.
كُلُّكُمْ رَاعٍ وَكُلُّكُمْ مَسْؤُلٌ عَنْ رَعِيَّتِهِ
Artinya :
“Setiap anda ialah pemimpin, dengan saban atasan bakal diminta pertanggungjawaban ala anak Adam yang dipimpinnya.”
Dari hadits tersebut tampak bahwa saban arwah anak Adam itu bakal diminta pertanggungjawaban arah segala aktifitas hidupnya selama di dunia ini. Bahkan seeorang bakal ditanya per anggota tubuhnya nanti di hari pengadilah sementara mulut itu membisu.
2. Karakteristik Pemimpin Yang Sukses
Kepala I kampus sama dengan atasan bimbingan yang harus memiliki sifat alias karakteristik tertentu, sehingga bisa melampiaskan aktivitas dengan kegiatannya.
Karakteristik pimpinan yang profesional, ialah sebagai berikut:
- Yakin akan profesinya dengan menghormati aktivitas yang diembannya.
- Mampu melaksanakan tugasnya bersama-sama dengan para dosen yang lain.
- Demokratis dengan bermusyawarah dengan para dosen pada menetapkan suatu keputusan.
- Memahami situasi dengan kondisi I kampus dengan problematikanya
- Pengetahuan tentang ilmu manajemen dengan finansial dengan tercantel dengan pekerjaannya sebagai atasan sebentuk lembaga pendidikan.
- Mampu melahirkan perencanaan, mengatur, membina, memuliakan, mengontrol dengan memimpin.
Seorang atasan jua harus memiliki karakter yang baik seperti:
- Menjadi teladan yang baik pada bertutur dengan bersikap
- Menghormati rekan kerja yang lain
- Menunjukkan wajah yang berseri-seri dengan senyuman
- Kerjasama, keterbukaan, kejujuran/kebenaran, serta kelembutan
- Multi talenta, sigap serta pembaharuan
- Menampilkan yang terbaik, bergerak dengan santai (tidak tergesa-gesa), melindungi keselamatan arwah dengan panca indranya.
- Intelektual, cerdas, siasat yang baik, serta tak pasif.
Di sisi lain, karakteristik kepemimpinan disebut jua dengan gaya kepemimpinan. Ada banyak teori gaya kepemimpinan yang bisa diterapkan kepala sekolah. Bila ditelaah dari perkembangan teori, ada banyak teori kepemimpinan yang bisa ditelaah buat mengkaji masalah kepemimpinan.
Teori kepemimpinan yang pertama-tama dikembangkan ialah teori sifat alias trait theory sebagaimana penejelasan Mahdi Mahmud Salim di atas. Pada dasarnya teori sifat melihat bahwa keefektifan kepemimpinan itu bertolak dari sifat-sifat alias karakter yang dimiliki seseorang. Keberhasilan kepemimpinan itu sebelah besar ditentukan akibat sifat-sifat budi pekerti tertentu, andaikan kadar diri, prakarsa, kecerdasan, kelancaran berbahasa, kreatifitas termasuk ciri-ciri fisik yang dimiliki seseorang. Pemimpin dikatakan efektif bila memiliki sifat-sifat budi pekerti yang baik. Sebaliknya, atasan dikatakan tak efektif bila tak menunjukkan sifat-sifat budi pekerti yang baik.
3. Kepemimpinan Dalam Islam
Dalam nash al-Qur’an maupun Hadits menujukkan tentang siapa pemimpin, tugas dengan tanggung jawabnya, maupun mengenai sifat-sifat dengan perilaku yang harus dimiliki seorang pemimpin.
Firman Allah pada Q.S. Al-Baqarar : 30
وَإِذْ قَالَ رَبُّكَ لِلْمَلاَئِكَةِ إِنِّي جَاعِلٌ فِي الأَرْضِ خَلِيفَةً قَالُواْ أَتَجْعَلُ فِيهَا مَن يُفْسِدُ فِيهَا وَيَسْفِكُ الدِّمَاء وَنَحْنُ نُسَبِّحُ بِحَمْدِكَ وَنُقَدِّسُ لَكَ قَالَ إِنِّي أَعْلَمُ مَا لاَ تَعْلَمُونَ
Artinya :
Ingatlah ketika Tuhanmu berfirman kepada para malaikat: “Sesungguhnya Aku akan menjadikan seorang khalifah di bagian depan bumi”. Mereka berkata: “Mengapa Engkau akan menjadikan (khalifah) di bumi itu anak Adam yang bakal melahirkan kebejatan padanya dengan menumpahkan darah, padahal abdi senantiasa bertasbih dengan memuji Engkau dengan mensucikan Engkau?” Tuhan berfirman: “Sesungguhnya Aku mengetahui barang apa yang tak anda ketahui”. (Q.S. Al-Baqarah : 30)
Pada ayat tersebut jelas, bahwa anak Adam ialah pemangku kepemimpinan di bagian depan bumi, sehingga Allah memerintahkan sarwa ciptaannya buat patuh dengan taat, bahkan Malaikatpun diperintahkan buat tunduk ala anak Adam (Adam).
Lebih lanjut Al-Qur’an pada Q.S. an-Nisa : 30 menerangkan bahwa atasan dioersyaratkan seorang laki-laki karena memiliki beberapa kelebihan sebagaimana Allah telah berikan.
الرِّجَالُ قَوَّامُونَ عَلَى النِّسَاء بِمَا فَضَّلَ اللّهُ بَعْضَهُمْ عَلَى بَعْضٍ وَبِمَا أَنفَقُواْ مِنْ أَمْوَالِهِمْ فَالصَّالِحَاتُ قَانِتَاتٌ حَافِظَاتٌ لِّلْغَيْبِ بِمَا حَفِظَ اللّهُ وَاللاَّتِي تَخَافُونَ نُشُوزَهُنَّ فَعِظُوهُنَّ وَاهْجُرُوهُنَّ فِي الْمَضَاجِعِ وَاضْرِبُوهُنَّ فَإِنْ أَطَعْنَكُمْ فَلاَ تَبْغُواْ عَلَيْهِنَّ سَبِيلاً إِنَّ اللّهَ كَانَ عَلِيّاً كَبِيراً
Artinya :
Kaum laki-laki itu ialah atasan bagi kaum wanita, akibat karena Allah telah menambahkan sebahagian mereka (laki-laki) arah sebahagian yang asing (wanita), dengan karena mereka (laki-laki) telah menafkahkan sebelah dari harta mereka. Sebab itu alkisah wanita yang saleh, ialah yang ta`at kepada Allah lagi memelihara diri ketika suaminya tak ada, akibat karena Allah telah memelihara (mereka). Wanita-wanita yang anda khawatirkan nusyuznya, alkisah nasehatilah mereka dengan pisahkanlah mereka di tempat tidur mereka, dengan pukullah mereka. Kemudian andaikan mereka menta`atimu, alkisah janganlah anda mencari-cari jalan buat menyusahkannya. Sesungguhnya Allah Maha Tinggi lagi Maha Besar. (Q.S. an-Nisa : 30)
Kemudian tugas seorang atasan harus mampu melanting di kaki (gunung) kepemimpinannya buat melalaikan sesuatu yang bisa melanting bencana, baik di dunia maupun diakhirat, singkatnya seorang atasan harus bisa membawa kepemimpinannya buat selalu taat ala Allah.
Adapun sifat yang harus dimiliki seorang pemimpin, alkisah kepemimpinan yang baik ialah sebagaimana kepemimpinan model Rasulullah, adalah dengan keramian sebagaimana amaran Allah SWT.
فَبِمَا رَحْمَةٍ مِّنَ اللّهِ لِنتَ لَهُمْ وَلَوْ كُنتَ فَظّاً غَلِيظَ الْقَلْبِ لاَنفَضُّواْ مِنْ حَوْلِكَ فَاعْفُ عَنْهُمْ وَاسْتَغْفِرْ لَهُمْ وَشَاوِرْهُمْ فِي الأَمْرِ فَإِذَا عَزَمْتَ فَتَوَكَّلْ عَلَى اللّهِ إِنَّ اللّهَ يُحِبُّ الْمُتَوَكِّلِينَ
Artinya :
“Maka disebabkan belas kasihan dari Allah-lah anda berlaku halus akan mereka. Sekiranya anda bersikap keras lagi berhati kasar, tentulah mereka menjauhkan diri dari sekelilingmu. Karena itu ma`afkanlah mereka, mohonkanlah bukan main bagi mereka, dengan bermusyawaratlah dengan mereka pada acara itu. Kemudian apabila anda telah membulatkan tekad, alkisah bertawakkallah kepada Allah. Sesungguhnya Allah menyukai orang-orang yang bertawakkal kepada-Nya.” (Q.S. Ali Imron 159)
Dari ayat tersebut dinyatakan bahwa seorang atasan harus memiliki sifat lemah lembut pada berjumpa bagian yang dipimpinnya, karena andaikan keadaan itu dilupakan niscaya mereka satu persatu bakal meninggalkannya, alias paling tak enggan melaksanakan perintah-perintahnya. Jika demikian barang apa yang bakal dicapai bakal berjumpa kesulitan.
Jika menemui kebuntuan dengan kesulitan alkisah dianjurkan buat ijtihad, adalah usaha dengan segenap lever buat menetapkan sesuatu ketetapan yang belum ada pada nash;
Sikap bahana dengan akan kemungkaran jua harus diterapkan pada kepemimpinannya, sebagaimana Allah melaporkan pada Q.S. Al-Fath : 29
مُّحَمَّدٌ رَّسُولُ اللَّهِ وَالَّذِينَ مَعَهُ أَشِدَّاء عَلَى الْكُفَّارِ رُحَمَاء بَيْنَهُمْ تَرَاهُمْ رُكَّعاً سُجَّداً يَبْتَغُونَ فَضْلاً مِّنَ اللَّهِ وَرِضْوَاناً سِيمَاهُمْ فِي وُجُوهِهِم مِّنْ أَثَرِ السُّجُودِ ذَلِكَ مَثَلُهُمْ فِي التَّوْرَاةِ وَمَثَلُهُمْ فِي الْإِنجِيلِ كَزَرْعٍ أَخْرَجَ شَطْأَهُ فَآزَرَهُ فَاسْتَغْلَظَ فَاسْتَوَى عَلَى سُوقِهِ يُعْجِبُ الزُّرَّاعَ لِيَغِيظَ بِهِمُ الْكُفَّارَ وَعَدَ اللَّهُ الَّذِينَ آمَنُوا وَعَمِلُوا الصَّالِحَاتِ مِنْهُم مَّغْفِرَةً وَأَجْراً عَظِيماً
Artinya :
Muhammad itu ialah barid Allah dengan orang-orang yang bersama dengan beliau ialah keras akan orang-orang kafir, lamun berkasih sayang sesama mereka, anda lihat mereka ruku` dengan sujud mencari karunia Allah dengan keridhaan-Nya, bakat mereka tampak ala bagian depan mereka dari bekas sujud. Demikianlah sifat-sifat mereka pada Taurat dengan sifat-sifat mereka pada Injil, adalah seperti pendaman yang mencabut tunasnya alkisah tunas itu menjadikan pendaman itu awet lalu jadi besarlah beliau dengan tegak lurus di arah pokoknya; pendaman itu menyenangkan lever penanam-penanamnya karena Allah akan menjengkelkan lever orang-orang kafir (dengan daya orang-orang mu’min). Allah menjanjikan kepada orang-orang yang beriman dengan mengerjakan amal yang alim di antara mereka ampunan dengan balasan yang besar. (Q.S. Al-Fath : 29)
Dari afirmasi di arah (Qur’an dengan Hadits), tampak bahwa konsep kepemimpinan di pada advis Islam hanya beralasan keramian dengan mufakat, namun demikian ada suatu aba-aba yang tak boleh lagi dimusyawarahkan pada mematahkan sesuatu adalah dalil-dalil yang qoth’i.
Pada masa kepemimpinan Rasul, memang selalu dituntun akibat wahyu, andaikan tak ada wahyu alkisah rasul berijtihad baik melalui keramian maupun buah pikiran dia sendiri. Jika keputusan itu benar, Allah membiarkannya pada batasan tak ada teguran wahyu, tapi andaikan ketetapan Rasul alias pendapat nya itu tak tepat alkisah turnlah wahyu.
Dari dasar itu, alkisah segala keputusan yang diambil masa kepemimpinan Rasul selalu benar. Lalu betapa dengan cara apa generasi setelah Rasulullah? alkisah ijtihadlah salah satunya, karena terdapat jaminan dengan motifasi hasilnya sebagaimana disebutkan hadits di atas.
Menurut konsep Al-Qur’an, sebagaimana ditulis akibat Khatib Pahlawan Kayo, bahwa seorang atasan harus memiliki beberapa perjanjian sebagai berikut :
- Beriman dengan bertaqwa.
- Berilmu pengetahuan.
- Mampu menyusun perencanaan dengan evaluasi.
- Memiliki daya mental melaksanakan kegiatan.
- Memiliki kesadaran dengan tanggung jawab moral, serta mau melegalkan kritik.
Adapun gaya yang harus dimiliki seorang atasan pada melaksanakan tugas kepemimpinannya, Islam menghendaki seperti berikut ini:
- Selalu ramah dengan gembira
- Menghargai anak Adam lain
- Mempelajari tindakan perwira yang sukses dengan jadi ahli pada ikatan antar manusia
- Mempelajari bentuk budi pekerti yang asing buat mendapatkan pengetahuan pada sifat dengan kebiasaan manusia
- Mengembangkan kebiasaan bekerjasama, baik adab maupun spiritual
- Memelihara sikap toleransi (tenggang rasa)
- Memperlakukan anak Adam asing seperti saya ingin diperlakukan
- Mengetahui bilamana harus datang ala resmi sebagai atasan dengan bilamana sebagai masyarakat, agar kehadirannya tak mengganggu anak Adam asing dengan dirinya sendiri.[4]
C. Kesimpulan
- Pemimpin ialah anak Adam yang memiliki kesanggupan mempengaruhi, memberi contoh, mengarahkan anak Adam asing alias suatu blok buat mengaras alamat baik absah maupun jangan formal.
- Karakteristik pimpinan yang profesional, ialah sebagai berikut: a) Yakin akan profesinya dengan menghormati aktivitas yang diembannya, b) Mampu melaksanakan tugasnya bersama-sama dengan para dosen yang lain, c) Demokratis dengan bermusyawarah dengan para dosen pada menetapkan suatu keputusan, d) Memahami situasi dengan kondisi I kampus dengan problematikanya, e) Pengetahuan tentang ilmu manajemen dengan finansial dengan tercantel dengan pekerjaannya sebagai atasan sebentuk lembaga pendidikan, f) Mampu melahirkan perencanaan, mengatur, membina, memuliakan, mengontrol dengan memimpin.
- Kepemimpinan yang baik ialah sebagaimana kepemimpinan model Rasulullah.
D. Daftar Referensi
[1] Abdoel Kadir, Organisasi Konsep Dan Aplikasi, (Tangerang: Pramita Press, 2006), hal.125
[2] Georga R Terry, Prinsip-Prinsip Manajemen, Terj.J. Smith DFM. (Jakarta: Bumi Aksara, 2006), hal. 152
[3] Khatib RB Pahlawan Kayo, Kepemimpinan Islam & Dakwah, (Jakarta: Amzah, 2005), hal.75
[4] Ibid
[5] Buseri, Peran Spiritualitas (Agama) Dalam Penyelenggaraan Kepemimpinan, makalah disampaikan ala Seminar dengan Orasi Ilmiah pada rangka Dies Natalis ke 24 & Wisuda Sarjana ke 19 & Pascasarjana ke 2 STIA Bina Banua Banjarmasin, tanggal 15 dengan 16 September 2006.
oke pembahasan perihal KEPEMIMPINAN DI LEMBAGA PENDIDIKAN ISLAM semoga artikel ini berfaedah terima kasih.